Seorang Yahudi yang bermaksud merendahkan Nabi kita Muhammad Saw berkata, "Lihatlah Nabi Saleh as," ucap Yahudi tersebut, "Allah telah menciptakan untuknya seekor unta dari batu sebagai mukjizat. Apakah Muhammad yang kau anggap sebagai nabi memiliki mukjizat juga?"
Sayyidina Ali ra kemudian menjawab ucapan tersebut, "Wahai Yahudi! Apa yang kau ucapkan tentang Nabi Saleh yang diberi mukjizat seekor unta dari batu adalah benar adanya." Kemudian beliau melanjutkan, "Namun demikian Nabi kami Muhammad Saw telah diberi kemuliaan lebih dari itu. Kalau unta Nabi Saleh as tidak dapat berbicara dan tidak mampu bersaksi akan kenabian Saleh as, maka akan aku ceritakan dua kejadian yang telah menjadikan Nabi kami Muhammad Saw lebih mulia dari itu.
Ketika itu kami bersama Nabi besar Muhammad Saw tengah berada dalam sebuah peperangan. Tiba-tiba datang seekor unta mendekati beliau, lalu untu tersebut berbicara, "Ya Rasulullah, sesungguhnya si fulan (pemilik unta tersebut) telah memanfaatkan tenagaku dari semenjak muda hinga usiaku telah tua seperti sekarang ini. Kini ia malah hendak menyembelihku. Aku berlindung kepadamu dari keinginan si fulan yang hendak menyembelihku."
Mendengar pengaduan sang unta, Rasulullah Saw memanggil sang pemilik unta dan hendak membeli unta tersebut dari pemiliknya. Orang itu malah memberikan unta tersebut kepada beliau.. Unta itu pun dibebaskan oleh Nabi kami Muhammad Saw.
Juga ketika kami tengah bersama Muhammad Saw, tiba-tiba datang seorang Arab pedalaman sambil menuntun untanya. Arab baduy tersebut meminta perlindungan karena tangannya hendak dipotong, akibat kesaksian palsu beberapa orang yang berkata bohong. Kemudian unta itu berbicara dengan Nabi kami Muhammad Saw, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang ini tidak bersalah. Para saksi inilah yang telah memberikan pengakuan palsu karena mereka telah dipaksa. Sebenarnya pencuriku adalah seorang Yahudi."
Suatu ketika, Nabi kita Muhammad Saw tengah bepergian dengan rombongan kafilah. Cuaca saat itu sangat panas dan kering, sehingga semua orang merasa sangat haus dan lelah.
Ketika mereka mencapai sebuah danau kecil, semua rombongan Nabi melompat dari unta mereka dan buru-buru ke danau untuk minum dan membasuh wajah mereka.
Rasulullah Muhammad Saw juga beranjak ke danau untuk menyegarkan tubuhnya. Namun setelah berjalan beberapa langkah-langkah, ia berhenti dan kembali ke untanya.
Semua orang yang melihat terkejut, "Apakah ada yang salah?"
Mereka merasa heran dan saling bertanya satu dengan yang lain, "Mengapa Rasulullah kembali?!"
Semua merasa gundah, sambil mengamati Nabi Muhammad Saw yang saat itu tengah mengikatkan untanya pada sebatang pohon.
Orang-orang kemudian mendekati Rasulullah dan bertanya kepada Beliau, "Wahai Rasul, mengapa Engkau beranjak kembali dan mengikat sendiri untamu? Kenapa Engakau tidak menyuruh kami untuk melakukannya? Perintah dari Engkau merupakan suatu penghormatan untuk kami kerjakan, apapun yang Engkau perintahkan."
Nabi kita Muhammad Saw menjawab, "Janganlah pernah bersandar (mengharap) pada orang lain untuk mengerjakan pekerjaanmu. Sekalipun hanya untuk meminta sepotong Miswaak."
Sobat, kerjakanlan pekerjaan yang menjadi tugasmu. Dan jangan mengharap orang lain untuk mengerjakan tugasmu.
Suatu ketika, Nabi Muhammad Saw yang kita cintai, masuk ke dalam masjid Madinah dengan diikuti oleh sahabat-sahabatnya. Ia mendapati dua kelompok yang tengah duduk melingkar di tengah masjid. Satu kelompok sibuk dengan berzikr dan mengingat Allah Swt, sementara kelompok satunya lagi, tengah sibuk mengajar dan belajar.
Nabi Muhammad Saw terlihat sangat bahagia dan berucap kepada orang-orang yang ikut bersamanya: "Kedua kelompok ini sama-sama melakukan kebenaran, dan keduanya pada jalur kesuksesan juga kebaikan." Kemudian Nabi melanjutkan ucapannya: "Namun demikian, aku telah diutus oleh Allah Swt untuk mengajar dan untuk menyampaikan kebenaran."
Kemudian Nabi kita Muhammad Saw mendekati dan bergabung dengan kelompok yang tengah sibuk dengan mengajar dan belajar.
Sobat... belajar adalah kegiatan utama dan sangat baik untuk kita lakukan. Rasulullah Saw pun lebih menyukai orang yang tengah belajar dan mencari kebenaran, bila dibandingkan dengan orang yang tengah berzikir.
Sobat, mau tau kemuliaan Nabi kita Muhammad Saw jika dibandingkan dengan Nabi Hud as..?
Yuk, kita kuti pertanyaan seorang pendeta Yahudi kepada Sayiidina Ali bin Abithalib ra, yang awalnya ingin merendahkan Nabi Muhammad Saw.
Yahudi berkata kepada Sayyidina Ali ra: "Lihatlah Nabi Hud as. Allah Swt telah memuliakan dan menolong-nya dengan mengirimkan angin, apakah Allah Swt berbuat yang serupa terhadap Nabi Muhammad?"
Mendengar ucapan itu, Sayyidina Ali ra menjawab sambil tersenyum, "Ya... Yang kau udapkan itu benar!" Kemudian ia melanjutkan, "Namun Nabi kami Muhammad Saw telah diberi kemulian yang lebih dari itu. Allah juga telah menolong Rasulullah Muhammad Saw dari musuh-musuhnya dengan angin, ketika terjadi perang Khandaq. Allah Swt telah mengirimkan angin kencang sehingga kerikil-kerikil berterbangan. Lebih dari itu, Allah Swt juga memperkuat pasukan Nabi kami Muhammad Saw dengan delapan ribu pasukan malaikat. Allah berfirman, Wahai orang-orang beriman, ingatlah nik-mat Allah atas kalian, ketika datang kepada kalian tentara-tentara, lalu Kami kirim kepada mereka angin dan pasukan yang tidak kalian lihat. (QS. al-Ahzab: 9)
Seorang Yahudi bertanya kepada Ali bin Abi Thalib, dengan maksud merendahkan Nabi kita Muhammad Saw. Ia berkata, "Lihatlah Nabi Nuh as. Dia bersabar karena Allah SWT, dan dia memaafkan kaumnya disaat mereka mendustakannya,"
Sayyidina Ali menjawab, "Ya, itu benar!" Dengan tersenyum Ali melanjutkan, "Namun Nabi kami Muhammad Saw bersabar karena Allah, dan telah memaafkan kaumnya pada saat mereka mendustakannya, mengusir, dan bahkan melemparinya dengan kerikil."
Ali kemudian menceritakan, "Abu Lahab pernah meletakkan di atas kepalanya kotoran kambing, lalu Allah Swt memerintahkan Malaikat Ja'abil (malaikat penjaga gunung) untuk menemui baginda Muhammad saw Malaikat Ja'abil mengatakan kepada baginda Muhammad Saw, "Diriku diperintahkan oleh Allah Swt untuk mentaatimu, wahai Nabi Allah. Apabila Engkau ingin agar aku menghimpit mereka dengan gunung, maka akan aku binasakan mereka." Namun Nabi kami Muhammad Saw menjawab dengan sabar, "Aku diutus sebagai rahmat." Muhammad Saw bahkan mendoakan mereka, "Ya, Allah, berilah umatku ini hidayah karena mereka be-lum mengetahui."
Namun si Yahudi itu tidak mau menyerah. Ia kembali berkata, "Nabi Nuh as berdoa kepada Tuhannya, lalu turunlah hujan deras dari langit."
Mendengar itu, Ali kembali tersenyum dan menjawab pertanyaan si Yahudi, "Ya itu benar. Nabi Nuh as berdoa dalam keadaan marah, sementara hujan deras diturunkan Allah Swt karena kasih sayang," Sayyidina Ali melanjutkan ceritanya, "Ketika Nabi kami Muhammad Saw hijrah ke Madinah, datanglah penduduk Madinah pada hari Jumat menemui beliau dan berkata, "Wahai Rasulullah, sudah lama hujan tidak turun. Pohon-pohon menguning (kering), dedaunan berjatuhan," keluh mereka.
Rasulullah Muhammad Saw lalu mengangkat kedua tangannya untuk berdoa kepada Allah Swt, sehingga tampak putih lipatan pangkal kedua tangannya. Langit yang semula terang tidak berawan, tiba-tiba berubah menjadi gelap dan turunlah hujan deras, begitu derasnya sehingga seorang pemuda yang gagah perkasa hampir mati ketika pulang ke rumahnya, karena saking derasnya hujan, dan akhirnya mengakibatkan banjir.
Kejadian itu berlangsung selama seminggu. Penduduk Madinah kembali mendatangi Rasulullah Muhammad Saw pada hari Jumat berikutnya dan berkata, "Ya Rasulullah, rumah-rumah menjadi hancur, kami tidak bisa berangkat mencari nafkah!" keluh mereka lagi.
Nabi kami Muhammad Saw tersenyum sejenak dan berkata, " Beginilah cepatnya manusia bosan." Lalu beliau berdoa, "Ya Allah, jadikanlah ini semua menguntungkan kita dan tidak membahayakan kita.." Maka hujan pun mulai reda di sekitar kota Madinah, sedangkan di kota Madinah sendiri hujan berhenti total. Itulah mukjizat Nabi kami Muhammad Saw."
Nabi besar Muhammad Saaw adalah seorang yang sangat bijaksana dan amat sabar, walaupun seseorang berbuat jahat kepadanya.
Suatu ketika, ada nenek yang jahat. Ia selalu meludah kepada Nabi Muhammad Saw, ketika beliau melewati rumahnya. Nabi Muhammad Saw selalu melewati rumah nenek itu, saat akan menuju masjid. Dan setiap pagi juga si nenek jahat selalu meludah kepada Rasulullah Saw, namun demikian Nabi Muhammad Saaw sangat sabar dan tidak pernah marah kepadanya.
Namun suatu hari, ketika Nabi Muhammad Saw kembali melewati rumah si nenek jahat, ia tidak meludah kepadanya. Nabi Muhammad Saw berhenti dan bertanya pada tetangga si nenek jahat, apakah sang nenek baik-baik saja, karena pagi ini ia tidak meludah pada Nabi seperti biasanya.
Tetangganya memberitahu Nabi Muhammad Saw, bahwa si nenek jahat tengah sakit dan hanya bisa terbaring di tempat tidur. Mendengar itu, Nabi Muhammad Saw pun pergi menemui si nenek jahat. Karena adalah sesuatu yang baik untuk pergi dan menemui seseorang yang tengah sakit, bahakan menanyakan apakah mereka membutuhkan pertolongan.
Ketika si nenek melihat kehadiran Nabi Muhammad Saw, ia berpikir Nabi akan membalas dendam padanya. Maka sang nenek pun berkata, “Mengapa kau menunggu saat aku sakit untuk membalas dendam, mengapa kau tidak datang ketika aku masih sehat dan kuat...?”
Nabi Muhammad Saw memberi tahu sang nenek, bahwa ia mampir tidak untuk membalas dendam, melainkan untuk menjenguk dan hendak merawatnya yang tengah sakit. Allah Swt memberi tahu Nabi Muhammad Saw untuk merawat orang-orang yang tengah sakit.
Sang nenek terkejut ketika mengetahui Nabi Muhammad Saw ternyata seorang yang baik hati. Ia sangat malu karena telah berbuat jahat kepada Rasulullah Saw sebelumnya. Sang nenek kemudian sadar dan memutuskan untuk mematuhi Nabi Muhammad Saw dan masuk Islam.
Sobat tercinta, begitu mulia akhlak Nabi kita Muhammad Saw. Walaupun dihina dan diperlakukan buruk, Nabi Muhammad Saw tetap sabar dan membalasnya dengan perbuatan baik. Dengan perbuatan baik, mereka akan malu dan berbuat baik kepada kita
Nah... Apakah Sobat pernah merasakan seperti yang dialami Nabi kita Muhammad Saw? Coba deh ceritain...
Pendeta Yahudi berkata kepada Sayyidina Ali ra, "Lihatiah Nabi Idris as, Allah telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi dan memberinya makanan surga, setelah ia wafat."
Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra tersenyum dan kemudian menjawab, "Ya, yang anda ucapkan adalah benar. Namun Nabi kami Muhammad Saaw telah diberi sesuatu yang lebih dari itu.
Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman,
Dan telah Kami angkat sebutanmu.
(QS. Alam Nasyrah:4)
Itu sudah cukup untuk dijadikan suatu kemuliaan.
Kalau Idris as diberi makanan surga setelah beliau wafat, maka Nabi kami Muhammad Saaw diberi makanan surga ketika masih hidup di dunia. Pernah ketika beliau lapar, datang Malaikat Jibril menemuinya sambil membawa hidangan dari surga. Hidangan itu ternyata ber-tahlil, ber-tasbih, ber-tahmid, dan ber-takbir di tangan Beliau.
Kemudian Nabi Muhammad Saaw memberikan makanan itu kepada keluarganya, lalu hidangan itu juga ber-tahlil, ber-tasbih, ber-tahmid dan ber-takbir. Mailakat Jibril berkata bahwa hidangan ini hadiah dari surga yang diberikan Allah SWT khusus kepada Muhammad Saaw. Hidangan ini tidak layak diberikan kecuali kepada Rasulullah dan penggantinya.
Sayyidina Ali adalah sepupu sekaligus menantu Rasulullah Muhammad Saw. Ia seorang yang sangat pandai dan taat beribadah. Kecerdasan Ali didapatkan dari Nabi Muhammad Saw, sesuai dengan sabda Beliau, “Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintu gerbangnya”.
Sepeninggal Rasulullah, banyak orang yang menguji kebenaran Islam melalui pertanyaan-pertanyaan sulit, bahkan ada pula yang ingin merendahkan Nabi Muhammad Saaw. Dari sekian sahabat Nabi, hanya Ali yang mampu menjawab pertanyaan tersebut.
Diriwayatkan dari Musa bin Ja'far, dari ayahnya Ja’far as-Shadiq, dari ayah-ayah mereka, dan dari al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, bahwa seorang Yahudi dari negeri Syam yang pernah membaca kitab Taurat, Zabur, Injil, dan kitab-kitab para nabi as. serta banyak mengetahui alasan-alasan mereka.
Ia datang ke sebuah majlis sahabat Rasulullah Saaw, dan di antara mereka ada Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, dan Abu Ma'bad al-Juhani.
Maka si Yahudi pun menantang para sahabat yang ada dalam majlis tersebut dengan berkata, “Apakah kalian akan menjawab pertanyaan-pertanyaanku ini?”
”Aku yang akan menjawabnya,” jawab Sayyidina Ali mantap. ”Sampaikanlah pertanyaanmu.”
Yahudi berkata, "Lihatlah Nabi Yusuf as. Dia menyimpan kesengsaraan yang sangat. Yusuf dimasukkan ke dalam penjara demi menghindari kemaksiatan, dan kemudian dilemparkan ke dalam lubang (sumur) yang gelap seorang diri.”
Ali menjawab, "Ya, ucapan Anda itu benar. Namun Nabi kami Muhammad Saaw menyimpan kesengsaraan yang lebih, dibandingkan Nabi Yusuf as. Ia dijauhkan dari keluarga dan sahabat dekatnya. Beliau meninggalkan keluarga, anak, dan hartanya untuk berhijrah (berpindah) dari bumi Baitullah (Ka'bah) di kota Mekkah, menuju kota Madinah. Ketika Allah Swt melihat kesedihan dan perasaan pilu Beliau, Allah Swt memperlihatkan kepadanya sebuah mimpi yang menyamai mimpinya Yusuf, dan Allah membuktikan kebenaran mimpinya kepada seluruh alam raya yang dikenal dengan istilah Futuh Makkah (Pembebasan kota Makkah dari kekuasaan kaum kafir Quraisy Makkah), sekaligus haji perpisahan. Allah berfirman, "Sungguh Allah telah membuktikan kepada Rasul-Nya (Muhammad Saaw) akan mimpinya yang benar. Kalian pasti akan masuk Masjidil Haram dengan kehendak Allah dalam keadaan aman dan kepala tercukur. Janganlah kalian takut."
"Meskipun Yusuf as ditahan dalam penjara, maka Rasulullah Saaw terpenjara di Syi'ib (lembahnya Abu Thalib) pamannya sendiri, selama tiga tahun. Beliau dijauhkan dari keluarga dan kerabatnya. Kemudian Allah Swt membebaskan Muahammad Saaw dengan memperdaya orang-orang kafir Quraisy. Allah Swt mengutus rayap untuk memakan surat perjanjian yang ditempelkan di dinding Ka'bah.
Kalau Yusuf as dilemparkan ke dalam lubang sumur yang gelap oleh saudara-saudaranya, maka Muhammad Saaw telah menyembunyikan dirinya di dalam gua Tsur karena ulah musuhnya. Sampai-sampai beliau berkata kepada sahabatnya, "Janganlah bersedih hati. Sesungguhnya Allah bersama kita." Allah Swt pun memujinya dalam Al-Qur'an Al-Karim.
Nabi Muhammad Saaw tengah duduk di dalam masjid Madinah, sambil memberikan bimbingan kepada beberapa pengikutnya. Saat itu Rasulullah Saaw dan sahabat tengah menunggu tibanya waktu shalat.
Seorang lelaki kaya dengan pakaian mewah datang dan duduk di dekat Nabi Muhammad Saaw, untuk ikut mendengarkan bimbingannya.
Tak berapa lama, lelaki lain juga datang untuk mendengarkan bimbingan Nabi Muhammad Saaw, ia pun duduk di samping lelaki kaya tersebut.
Lelaki kedua bukanlah orang kaya, melainkan seorang yang miskin. Pakaian yang dikenakannya terlihat kotor dan disana-sini terdapat tambalan.
Si kaya tidak senang ketika si miskin duduk di dekatnya. Ia tarik bajunya yang bagus, baru, dan mahal hingga merapat, agar pakaiannya tidak bersentuhan dengan pakaian kotor, tua, dan penuh tambalan milik si miskin.
Nabi Muhammad Saaw memandang bahwa si lelaki kaya telah berbuat tidak sopan, menggangu, serta mengecewakan orang lain. Beliau pun berkata kepada si lelaki kaya, “Wahai Saudara, mengapa engkau melakukan hal itu? Apakah karena kau takut sebagian kekayaanmu akan berpindah pada lalaki miskin ini? Ataukah karena kau takut sebagian kemiskinannya akan berpindah kepadamu?”
Si lelaki kaya yang awalnya berperliku tidak sopan, menyadari bahwa ia telah melakukan sebuah kesalahan dan menyesalinya.
Untuk memperbaiki kesalahan dan menunjukkan permintaan maafnya kepada si miskin, si kaya pun memberikan sebagian hartanya kepada si miskin.
Si miskin berkata kepada si kaya, bahwa ia telah memaafkannya. Tetapi ia tidak menginginkan sebagian harta yang diberikan padanya, tanpa bekerja keras untuk mendapatkan harta tersebut.
Pesan Moral:
Di mata Allah Swt, seseorang yang kaya ataupun miskin, tidaklah dibeda-bedakan. Seseorang yang ingin dekat kepada Allah Swt, adalah seorang yang mematuhi-Nya dalam setiap tindakan dan perbuatan.
Untuk mendapatkan kekayaan, bekerjalah dengan sungguh-sungguh, tanpa mengharap pemberian dari orang lain.
Apakah Sobat pernah melihat ayam jago? Atau malah Sobat pernah memeliharanya. Kali ini nih, Kami (BUL dan si BUL) akan menceritakan kisah si Ayam Jago yang telah ditolong oleh manusia mulia, Rasulullah Muhammad Saaw. Selamat menikmati.
Suatu hari... beberapa bocah berdiri mengelilingku. Bocah-boah itu hendak menjadikanku sasaran ketapel mereka.
Aku sudah terkepung dan tidak berdaya lagi untuk melarikan diri. Aku hanya mampu beteriak kesakitan, saat salah satu dari mereka menembakkan ketapelnya. Aku berusaha mengelak ke sana-ke mari, tapi tiada gunanya.
Salah satu panah ketapel mengenai sayapku dan darah pun mengalir dari tubuh kerempengku. Hatiku sakit tersayat-sayat, dan bulu-buluku rontok. Aku berteriak dan terus berkokok hingga urat leherku hampir putus.
Setiap kali aku berteriak kesakitan, bocah-bocah itu bersorak kegirangan dan meniru teriakanku. Kemudian beberapa bocah menangkapku, lalu memukulku sambil tertawa terbahak-bahak.
Apakah mereka tidak mendapatkan mainan yang lain selain diriku?
Kasihanilah aku, si ayam jago yang sudah kurus kerempeng. Aku berjanji bahwa aku tidak akan melupakan perlakukan mereka kepadaku untuk selama-lamanya...!
Mengapa mereka tidak mencari batu cadas saja, untuk dijadikan sebagai sasaran panah ketapel dan lemparan mereka? Dan apa lucunya melempar dan memanahi tubuhku, si Ayam jago yang kurus kering ini?!
Tiba-tiba bocah-bocah nakal itu berhenti mengetapel tubuhku, dan mereka mulai minggir menjauhiku. Apa yang telah terjadi pada mereka? Awalnya Aku tidak tahu, apa yang sedang terjadi?
Rupa-rupanya ada seorang lelaki baik hati yang datang dan berbicara kepada bocah-bacah itu. Beliau menasehati mereka agar tidak menyakiti makhluk lemah seperti aku ini. Aku terharu mendengar nasehat Beliau, dengan suara yang menunjukkan keagungan dan penuh kasih sayang.
Itukan suara manusia mulia, Nabi Muhammad Saaw….
Kebetulan Rasulullah Saaw lewat di tempat bocah-bocah itu menyiksaku, dan Beliau melihat mereka mengetapel dan menajahiliku. Rasulullah pun ikut sedih dan marah atas perbuatan mereka terhadapku.
Beliau kasihan padaku, si Ayam Jago yang kerempeng ini. Lalu Rasulullah mengajari dan menasehati bocah-bocah tersebut agar tidak mengulangi lagi perbuatan menyakiti dan menindas yang lemah, seperti aku yang tak berdaya untuk melawan atau melarikan diri dari kejahatan mereka.
Setelah mendengar dan menyimak nasehat serta teladan dari Rasulullah Saaw. Bocah-bocah itu pun menyesalinya dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan menyakiti makhluk Allah.
Aku, si Ayam Jago, bersyukur kepada Allah SWT yang telah mendatangkan Rasulullah Saaw tepat pada waktunya, dan menyelamatkan diriku dari kematian.
Sungguhlah benar, bahwa Rasulullah Muhammad Saaw adalah seorang Rasul pembawa rahmat dan kedamaian bagi seluruh alam dan jagat raya ini.
Sobat BUM dan si BUL yang tercinta, pernahkan kalian menyakiti binatang atau merusak tumbuhan?
Mulai saat ini... Kita harus mengikuti teladan manusia mulia Nabi Muhammad Saaw, untuk senatiasa menjaga dan merawat mahluk ciptaan Allah SWT.
Sobat, ceritakan di posting, jika kalian pernah menolong mahluk hidup ciptaan Allah SWT. Agar Sobat yang lain dapat membacanya juga.
Cerio....
Hallo Sobat, kami nih... (BUM dan si BUL) akan menceritakan kisah sahabat kita si Kucing kecil. Di waktu Rasulullah Saaw menolongnya saat tengah kehausan.
Ayo kita simak ceritanya....
Hari itu, di kota Madinah, sinar mentari memancar kuat ke segala arah tanpa ada awan yang memayungi. Lidahku, si Kucing kecil, telah kering karena kehausan.
Hampir saja aku mati, karena haus yang mencekik tenggorokanku. Aku telah berkeliling mencari air yang tersisa, sekedar untuk mendapatkan seteguk air agar bisa membasahi tenggorokanku ini. Ternyata di selokan pun tidak ada, karena air telah menguap akibat panasnya sang surya.
Semenjak pagi, belum setetespun segarnya air yang mengalir di mulutku. Ah... Seteguk air pasti dapat menyelamatkanku dari kehausan yang menghimpit.
Aku pun masuk dari rumah ke rumah, dan kedua bola mataku mengarah ke tiapt-tiap pojok rumah. Tapi di sana aku belum juga mendapatkan air yang bisa kuminum.
Di akhir perjalananku mencari air, tibalah aku di rumah Rasulullah Saw. Ternyata Beliau menyimpan semangkok air untuk berwudhu. Ketika itu Rasulullah Saaw hendak mgengerjakan shalat dan Beliau meraih mangkok air tersebut untuk berwudhu. Air yang jernih dan tentu sangat segar, pikirku.
Aku tidak tahu apa yang harus diperbuat?
Apakah Nabi Muhammad Saaw membolehkanku meminum air dari mangkoknya?
Apakah Beliau mengijinkanku meletakkan kedua bibirku ke air itu?
Kedua mataku pun menatap mata Rasulullah Saaw yang sangat indah. Aku tahu dari pandangannya yang lembut serta penuh kasih sayang, seolah-olah Beliau hendak berkata kepadaku, "Mendekatlah kepadaku, wahai kucing malang..."
Aku pun maju ke hadapannya dan berjalan sempoyongan menuju mangkok airnya. Tahulah Nabi Muhammad Saw betapa hausnya aku, maka Beliaupun mendekatkan mangkok air ke arahku. Segera aku menjulurkan lidah dan meneguk air yang jernih dan segar itu sampai puas.
Sesungguhnya Rasulullah Saaw adalah seorang yang lembut dan penuh kasih sayang. Beliau telah mengijinkan aku meminum air dari mangkok yang hendak Rasulullah Saaw gunakan untuk berwudhu.
Sobat... Itulah cerita dari teman kita, si Kucing kecil. Rasulullah Muhammad Saaw yang mulia, telah menolong si Kucing kecil yang tengah kehausan.
Salam kami untukmu, wahai Rasulullah...
Cinta kami untukmu, wahair Nabi Allah...
Kami rindu ingin bertemu dengan engkau, wahai utusan Allah Swt.
Sobat yang kami cintai, apakah kalian juga sering memberi makan dan minum pada hewan?
Apa saja hewan yang pernah Sobat beri makan dan minum?
Postingkan jawaban kalian di bawah ini. Cerio....
Sobat... Sebelum bobok, Irfan mo cerita dulu ya... Biar nyenyak boboknya dan mimpi yang indah. Yuk, kita simak...Suatu hari Nabi Muhammad Saaw dan para pengikutnya berangkat melakukan sebuah perjalanan. Setelah menempuh perjalanan panjang, mereka merasa kelelahan lalu berhenti untuk beristirahat.
Rombongan Nabi Muhammad Saaw memutuskan untuk mendirikan sebuah kemah kecil dan memasak makanan. Salah seorang diantara mereka berkata, bahwa ia akan pergi dan menangkap seekor anak biri-biri, agar mereka bisa memasaknya.
Seorang yang lain berucap juga, bahwa dialah yang akan menguliti anak biri-biri itu sebelum dimasak.
Seorang lagi berkata, ia yang akan menyalakan api dan memasak dagingnya.
Masing-masing dari mereka akan melakukan pekerjaan tertentu, sehingga semua pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan terbagi rata.
Nabi Muhammad Saaw kemudian berkata, bahwa ia yang akan mengumpulkan dan membawa kayu bakar dari hutan.
Semua sahabat berucap kepada Rasulullah Saaw, agar Beliau tidak perlu melakukan pekerjaan tersebut, merekalah nanti yang akan melakukan semua pekerjaan itu.
Nabi Muhammad Saaw memberitahu mereka, bahwa Beliau tentu mengetahui semua pekerjaan dapat mereka lakukan, tetapi Allah tidak menyukai seseorang hanya duduk dan membiarkan orang lain melakukan semua pekerjaan itu.
Rasulullah Saaw juga menjelaskan kepada mereka, bahwa walaupun ia adalah seorang Nabi, namun ia tidak senang mendapatkan perlakuan istimewa dari mereka. Inilah yang menyebabkan Allah Swt tidak menyenangi seseorang yang berpikir jika ia lebih baik dibanding orang lain.
Pesan Moral:
Ketika kita hanya duduk santai dan membiarkan orang lain melakukan semua pekerjaan, hal itu akan membuat kita malas. Kita seharusnya berbagi dalam melakukan berbagai pekerjaan yang ada, agar pekerjaan itu bisa diselesaikan dengan cepat dan mudah.
Nah, Sobat... Segitu dulu ya, ceritanya... Sebelum bobok, jangan lupa baca do'a. Cerio...
Hallo BUM… Hallo BUL, juga semua Sobat yang ku sayangi….Aku adalah si Bulbul yang cantik dan indah. Aku akan bercerita kepada kalian tentang pengalamanku ditolong oleh Rasulullah Saaw yang kita cintai.
Dahulu aku hidup di sebuah ladang pinggiran kota Madinah.
Sebelumnya aku mau bertanya kepada Sobat, apakah kalian sudah pernah melihat burung seperti aku?
Tuh... lihat gambar di atas. Aku sih… mirip burung Gelatik, namun yang membedakannya adalah: dadaku lebih besar, paruhku kecil dan pendek, sehingga terlihat lucu. Aku berkicau dengan suara yang merdu dan akan terbang melesat bagai peluru, jika melintasi padang ilalang kota Madinah yang terhampar luas.
Suatu hari, aku dan burung Bulbul dewasa lain mulai membangun sarang di salah satu ladang untuk bertelur dan menetaskan anak. Kami menghabiskan hari-hari yang indah di ladang itu sambil menunggu telur kami menetas, dan nanti akan membesarkan anak kami hingga mereka mampu terbang dan mencari makan sendiri.
Waktu pun berlalu dengan cepat dan Allah pun telah memberikan seekor anak jantan yang gagah dan tampan kepadaku. Aku pun menjadi ibu sejak saat itu.
Hari-hari kulalui dengan indah dan bahagia, hingga terjadilah tragedi yang memilikukan hati. Saat itu aku tengah mencarikan makan untuk buah hatiku, namun tiba-tiba seorang pria masuk ke ladang dan mendekati sarangku. Dia mengulurkan tangannya yang kekar, lalu mengambil buah hatiku.
Buah hatiku berteriak meraung-raung, sambil memanggilku meminta tolong. Tapi bagaimana mungkin, tubuhku yang kecil mungil mampu melawan kekuatan manusia itu?
Aku pun terbang di atas kepala lelaki itu, untuk mengikuti ke mana ia membawa buah hatiku?
Kemudian lelaki itu tiba di suatu tempat dan mendatangi teman-temannya. Ia memamerkan buah hatiku pada mereka sambil berkata, “Lihatlah… Aku telah menangkapnya di ladang sana, cantikkan…?”
Tak jauh dari sana, tampak olehku seorang pria yang berperawakan sedang dan berpenampilan sederhana. Wajahnya tampak bersinar bagaikan mentari pagi. Ketika aku terbang mendekatinya, tahulah aku bahwa Beliau adalah Rasulullah Saw, yang telah ku kenal sejak beberapa tahun lalu. Maka aku pun bertekad untuk meminta keadilan dan perlindungan kepadanya, serta memohon agar mau membantu kesulitan yang sedang ku hadapi.
Aku pun terbang perlahan di atas kepalanya, lalu memanggilnya dengan suara merintih sedih. Tahulah Nabi Muhammad Saaw bahwa aku tengah berada dalam kesulitan. Kemudian aku mengepak-ngepakkan kedua sayap untuk membertitahu Rasulullah, dan Beliau memahami maksud dariku. Para sahabat Nabi Saaw yang melihat kelakuanku pun merasa takjub. Maka Rasulullah Saw menengok ke arah lelaki dan teman-temannya seraya berkata, ”Siapa di antara kalian yang telah berani memisahkan induk burung dengan buah hatinya?”
Berkatalah si lelaki yang telah mengambil buah hatiku, ”Aku yang telah mengambilnya, wahai Rasulullah. Aku yang telah memisahkan anak burung ini dari induknya.”
Berkata Rasulullah Saaw kepadanya, “Sayangilah induk burung ini dan kembalikan buah hatinya.”
Segeralah si lelaki itu ke ladang untuk mengembalikan buah hatiku dan meletakkannya kembali di sarang. Aku pun gembira dengan kembalinya buah hatiku, lalu memeluknya dengan kedua sayapku. Tak lupa aku mengucapkan puji suykur kepada Allah SWT dan juga Rasul-Nya yang telah bermurah hati mengembalikan buah hatiku.
Nah... BUL, BUM, dan juga Sobat. Itulah ceritaku ketika Nabi kita Muhammad Saaw dengan sangat bijak dan penuh pemurah. Kita harus selalu mencontoh apa yang telah Rasulullah Saaw lakukan.
Sobat, apakah engkau pernah menolong hewan yang lagi kesusahan? Kirimkan ceritamu di sini, biar Sobat lain juga bisa membacanya...
Sampai di sini dulu Sobat, Cerio....
Di bawah sebuah pohon kurma yang rindang, Rasulullah Saaw dan para sahabatnya duduk menikmati segarnya udara Madinah sambil menikmati buah kurma muda. Aku si domba kecil bersama gerombolan domba dewasa sibuk memakan rumput di sekitar mereka. Terkadang aku mencuri pandang ke arah Rasulullah Saaw untuk melihat bagaimana beliau memakan buah kurma itu.
Rasulullah Saaw memegang butiran-butiran kurma itu dengan tangan kanannya, lalu memasukan ke antara dua bibirnya. Selanjutnya beliau mengumpulkan biji-biji kurma itu di tangan kirinya.
Aku terus memakan rerumputan. Namun tanpa di sadari, aku sudah berada dekat di sisi Nabi Muhammad Saaw.
Rasulullah Saaw pun melihat kepadaku, lalu beliau membuka kepalan tangan kirinya sambil memberikan isyarat kepadaku. Beliau berkata padaku, “Ayo kesinilah domba kecil, makanlah biji-biji kurma yang ada di tanganku ini.”
Aku pun dengan gembira berjalan mendekati Nabi Saaw, lalu memakan biji-biji kurma yang ada dalam genggaman tangannya itu sampai habis.
Aku sangat gembira, karena biji-biji kurma itu lezat dan renyah, cocok sekali untukku yang masih kecil ini.
Aku bersyukur karena Nabi Muhammad Saaw telah mengijinkan aku untuk menikmati manis dan lezatnya biji kurma melalui tangan Beliau. Sebelum hari itu, aku belum pernah memakan makanan yang lebih baik daripada makanan pemberian Rasulullah Saaw, dan juga sesudahnya.
Dengan santai dan perasaan gembira Rasulullah Saw dan para sahabatnya memakan buah kurma, lalu mengumpulkan bijinya untukku.
Setelah Nabi Saw dan para sahabatnya selesai memakan buah kurma, aku pun kembali berkumpul dengan domba yang lain.
Sungguh... Biji kurma itu adalah sebaik-baiknya makanan yang pernah aku makan seumur hidupku di dunia ini.
Sobat... inginkah kalian mendapat makanan langsung dari tangan Rasulullah Saaw yang kita cintai...?Y
aa Nabi, kami rindu ingin bertemu denganmu...Kami ingin mendapat makanan seperti domba kecil...Sayangilah kami, ya... Rasul...Sobat, buatlah puisi untuk Nabi Muhammad Saaw yang kita cintai... Jangan lupa postingkan ke sini... ya...
Cerio...
Sobat, kali ini BUM dan aku, si BUL, akan menampilkan cerita seekor Unta Tua di zaman Nabi kita, Rasulullah Muhammad Saaw. Karena kemuliaan Beliau, sang Unta Tua dapat tertolong. Nah, Sobat… Yuk kita simak ceritanya….
Unta Tua pun mulai mengisahkan kejadian yang ia alami, “Sudah bertahun-tahun lamanya aku bekerja pada majikanku. Aku habiskan usiaku untuk mengabdi padanya. Aku membawa berbagai muatannya dari satu kota ke kota yang lain.
Walaupun usiaku kini sudah tua dan lemah, tuanku tetap saja membebani punggungku dengan muatan yang banyak dan berat. Aku juga harus membawa barang-barang itu dalam waktu yang sangat lama.”
Sambil meneteskan air mata, sang Unta tua melanjutkan ceritanya, “Dulu… sewaktu aku masih muda dan kuat perkasa, aku sanggup ditunggangi oleh tuanku dan muatannya untuk berjalan melintasi padang pasir yang panasnya dapat membakar kulit.
Namun kini, ketika kekuatanku mulai memudar, otot-ototku sudah kendor, kulitku keriput, tulang-tulangku sudah mulai keropos sehingga membuat tubuh lemah dan tak berdaya lagi. Tuanku malah berniat menyembelihku dan menjual dagingku di pasar, aku pun sangat bersedih mendengar rencana tuanku. Sungguh malang nasib yang akan menimpaku di usia tua ini.”
“Hik.. hik.. hik.. Lalu… Apa yang engkau lakukan, wahai Unta tua?” Tanya Bum dan si BUL.
“Aku kemudian berpikir untuk mencari cara terbaik untuk bisa selamat diri rencana tuanku. Jika aku masih berada di dalam kandang ini, maka tuanku pasti akan segera menyembelihku dan menjual dagingku di pasar dengan harga murah. Setelah mencari waktu yang memungkinkan, Aku pun melarikan diri dari kandangku ke luar kota Madinah.
Setelah berada jauh dari kota Madinah, dari kejauhan aku melihat Rasulullah Muhammad Saaw. Sesaat aku berdiam diri untuk berpikir dan berkata dalam hati, Aku harus meminta perlindungan kepada Nabi Muhammad Saaw karena beliau adalah manusia mulia dan hatinya penuh dengan kasih sayang terhadap semua makhluk Allah, termasuk seperti diriku yang hina ini.”
“Waw.... Engkau meminta pertolongan kepada Nabi kita Muhammad Saaw, wahai Unta Tua...?” tanya si BUL sambil takjub.
“Iya....” lanjut Unta Tua, ”Aku pun berjalan mendatanginya. Segera saja aku bersujud di kedua telapak kakinya, dan kemudian aku berkata kepadanya, ’Wahai Rasulullah! Telah ku habiskan umurku untuk mengabdi pada tuanku. Tapi setelah aku menjadi tua dan badanku mulai lemah, ia ingin menyembelihku dan menjual dagingku di pasar. Tolonglah hamba ini, wahai Rasulullah….’
Mendengar ucapanku, Nabi Muhammad Saaw segera memerintahkan salah seorang sahabatnya untuk menghadirkan majikanku menemui Beliau Saaw.
Tak lama kemudian, tuanku pun tiba di hadapan Rasulullah, maka Beliau berkata kepadanya, ‘Aku akan membeli untamu ini.’
Tuanku menjawab, ‘Wahai Rasulullah, dia akan aku hadiahkan kepadamu, dan aku tidak ingin menukarnya dengan uang sepeserpun.’
Semenjak itu, Aku pun selamat dan bebas pergi ke mana saja yang aku mau. Ini berkat bantuan manusia mulia, junjungan kita Muhammad Saaw. Dan setiapkali manusia melihatku, mereka akan berkata, ‘Dialah unta yang ditolong oleh Rasulullah untuk dibebasankan.”
Sobat, begitulah cerita dari si Unta Tua yang telah diselamatkan oleh Rasulullah Muhammad Saaw. Beliau adalah manusia termulia di muka bumi ini, dan akan membantu siapapun yang membutuhkan pertolongan. Karena semuanya adalah mahluk ciptaan Allah SWT.
Sobat, kita harus mencontoh apa yang telah Nabi Muhammad Saaw perbuat. Kita harus saling tolong menolong kepada siapa pun yang membutuhkan. Janganlah menyakiti hewan peliharaan yang Sobat miliki, tapi peliharahalah sebaik-baiknya.
Apakah Sobat memiliki hewan peliharaan?
Ceritakan hewan kesayananga Sobat di bawah ini….
Sampai di sini dulu Sobat, ikuti terus petuaalangan kami…. Cerio...
Sayyidina Ali adalah sepupu sekaligus menantu Rasulullah Muhammad Saw. Ia seorang yang sangat pandai dan taat beribadah. Kecerdasan Ali didapatkan dari Nabi Muhammad Saw, sesuai dengan sabda Beliau, “Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintu gerbangnya.” Sepeninggal Rasulullah, banyak orang yang menguji kebenaran Islam melalui pertanyaan-pertanyaan sulit. Dari sekian sahabat Nabi, hanya Ali yang mampu menjawab pertanyaan tersebut.Diriwayatkan dari Musa bin Ja'far, dari ayahnya Ja’far as-Shadiq, dari ayah-ayah mereka, dan dari al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, bahwa seorang Yahudi dari negeri Syam yang pernah membaca kitab Taurat, Zabur, Injil, dan kitab-kitab para nabi as. dan juga banyak mengetahui alasan-alasan mereka. Ia datang ke sebuah majlis sahabat Rasulullah Saaw, dan di antara mereka ada Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, dan Abu Ma'bad al-Juhani.Maka si Yahudi pun menantang para sahabat yang ada dalam majlis tersebut dengan berkata,
“Apakah kalian akan menjawab pertanyaan-pertanyaanku ini?””Aku yang akan menjawabnya,” jawab Sayyidina Ali mantap.
”Sampaikanlah pertanyaanmu.”
Yahudi itupun mulai berkata, ”Lihatlah Nabi Adam as. Allah telah memerintahkan para Malaikat untuk bersujud kepadanya. Apakah Allah berbuat yang sama terhadap Muhammad, Nabi kalian?”
“Apa yang kau katakan benar adanya. Ketika Allah Swt memerintahkan para Malaikat untuk bersujud kepada Adam as, bukan berarti mereka menyembah Adam, tetapi mereka mengakui keutamaan Adam dan karena kasih sayang Allah Swt kepadanya.
Namun Muhammad Saaw telah diberi kemuliaan yang lebih dari itu. Allah Swt dan seluruh para Malaikat telah bershalawat atas Muhammad di alam Jabarut. Bahkan Allah Swt menjadikan shalawat atasnya sebagai suatu ibadah bagi orang-orang mukmin. Itu adalah suatu keistimewaan Muhammad Saaw. Begitulah jawaban kami, wahai orang Yahudi.”
Si Yahudi tidak mau kalah, ia berkata lagi, “Sesungguhnya Allah telah mengampuni Adam setelah ia melakukan kesalahan.”
“Apa yang kau katakan benar,” jawab Sayyidina Ali dengan tegas. “Namun demikian, Allah Swt telah memberikan sesuatu yang lebih mulia dari pada itu, yaitu ampunan kepada Muhammad Saaw, walaupun Beliau tidak melakukan suatu kesalahan apapun kepada Allah. Ini dijelaskan oleh Allah Swt dalam firmannya, “Allah hendak mengampunimu dari dosa yang telah lalu dan yang akan datang.” (Qs. Al-Fath : 2). Sesungguhnya Muhammad di hari kiamat kelak, tidak akan membawa dosa dan tidak dituntut karena dosa.”