Jumat, 17 Oktober 2008

Ibnu Batutah, Penjelajah Muslim

Sobat sudah kenal dengan Blip... Itu lho, komputer yang bisa bekomunikasi dengan Zahra. Jika belum, baca dulu Zahra si Centil.

Sobat, kali ini Blip membawa Zahra melalui lorong waktu, untuk bertemu dengan seorang Ilmuwan Muslim, bernama Ibnu Batutah. Mau tau ceritanya....

Yuk, kita simak.

Wuzzzz..... Zahra dan Blip memasuki lorong waktu dan muncul pada sebuah tempat di masa lampau.

Tak jauh dari munculnya Zahra dan Blip terlihat seseorang tengah beristirahat. Dialah yang bernama Ibnu Batutah. Zahra pun mendekati Bapak itu.

Assalamualaikum, Tuan Ibnu Batutah,” ucap Zahra.

Ibnu Batutah kaget melihat Zahra, karena tidak lazim melihat bocah seperti Zahra dengan penampilan berbeda dari bocah di zamannya. Waalaikumsalam. Siapa ya, nanda ini?


Aku Zahra dan datang dari abad yang akan datang.” Zahra tersenyum melihat Ibnu Batutuah yang tambah bingung. “Ini adalah hasil dari perkembangan ilmu dan teknologi di abad yang akan datang, sehingga aku bisa melalui lorong waktu dan sampai di sini.

Kamu tinggal di mana?”, Ibnu Batutuah balik bertanya.

Aku tinggal di Indonesia, sebelum ke sini aku mampir dulu di pulau Sumatera tepatnya Sumatera Barat.” Zahra kemudian menceritakan perjalanannya dengan Blip.

Ibnu Batutah tercengang, “Mendengar ceritamu, aku jadi teringat satu perjalananku ke daerah yang mirip dengan daerah yang tadi kau kunjungi. Aku menamakan daerah itu ‘Pulau Jawa yang menghijau’.

Wah.. Kalau begitu tolong ceritakan dong, pengalaman Tuan Ibnu Batutah ketika melanglang buan.” Zahra terlihat bersemangat sekali ingin menyimak petualangan Ibnu Batutah.

Nanda Zahra, aku terkenal dengan julukan “Pengembara Muslim“ dan kisah perjalananku telah dibukukan oleh temanku bernama Inbu Juza'i berjudul ‘Tuhfah an-Nuzzar fi Gara'ib al-Amsar wa 'Aja'ib al-Asfar’ (Persembahan Seorang Pengamat tentang Kota-kota Asing dan Perjalanan yang Mengagumkan). Aku berkelana dengan tujuan ingin mengenal bangsa-bangsa baru dan bertemu dengan banyak orang dari latar belakang dan budaya berbeda.

Zahra kembali bertanya, “Tuan Ibnu Batutah, nama aslinya siapa, dan berasal dari mana?

Oh.. nama lengkapku Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim at-Tanji, bergelar Syamsudin bin Batutah. Aku keturunan Arab yang lahir di daerah Tanger, Maroko, pada tgl. 25 Februari 1304 M. Ketika berusia 21 tahun, aku memulai perjalanan panjang yang mencakup wilayah seluas 120.700 km2 selama tiga dasawarsa (+30 tahun).

Suit... Suit... Hebat sekali bisa berkelana selama itu, juga wilayahnya sangat luas sekali. Wilayah itu apa saja Tuan Ibnu Batutah, dan bagaimana pengalaman di sana ?” Zahra semakin bersemangat mendengar cerita Ibnu Batutah.

Ibnu Batutah tersenyum melihat tingkah laku Zahra, ia melanjutkan ceritanya, “Wilayah-wilayah Islam yang pernah ku kunjungi antara lain Mesir, Suriah, Arab Saudi, Iran, Azerbaijan, Yaman, pantai Utara Afrika, Arab selatan, Oman, Hormuz, Anatolia, Kepulauan Krimea, Kaukasia Utara, Konstantinopel, Asia Tengah, Afghanistan, India, Maladewa, Sri Lanka, Bengal, Assam, pulau Sumatera, China, Tunisia, Sardinia, Aljazair, Spanyol, Sudan, dan Mali.

Dalam perjalanan itu, aku menerima perlakuan yang baik dari banyak pembesar negeri yang pernah ku kunjungi, misalnya sultan atau raja, di antaranya Sultan Delhi di India, Muhammad bin Tuqluq.

Mesir adalah negeri pertama yang ku kunjungi. Dalam perjalanan pertama itu, aku terkagum-kagum dengan pengalaman berkelana ke berbagai tempat dan bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda-beda. Karena itu, aku bersumpah akan mengunjungi sebanyak mungkin tempat yang dapat dikunjungi selama hayatku. Dalam setiap pengembaraan, aku selalu melalui jalan yang berbeda dengan yang sudah pernah dilalui.

Dalam perjalanan ke Asia Tenggara, aku sempat menyeberangi selat Malaka pada waktu Sumatera masih bernama Samudera Pasai atau yang lebih dikenal kerajaan Islam Samudera Pasai, dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indoneisa dan merupakan pusat studi Islam. Kalau tidak salah aku berkunjung ke kerajaan ini pada tahun 746 H atau tahun 1345 M. bertemu dengan Sultan Mahmud Malik Zahir, putra Malikus Shaleh. Islam sudah disiarkan di sana selama hampir satu abad. Rakyat dan rajanya menjalankan ajaran Islam dengan kesalehan dan kerendahan hati.

Kisah perjalanan ku ke pulau Sumatera dianggap sangat bernilai oleh para sejarawan, dan baru tersaingi oleh catatan perjalanan yang dibuat oleh pengembara Italia, bernama Marcopolo tahun 1254-1324 M. Aku menyebut pulau Sumatera sebagai ‘ Pulau Jawa yang Menghijau’. Kota Samudera Pasai adalah kota yang indah dan menawan hati bagi para pengunjungnya.

Tuan Ibnu Batutah, terimakasih atas cerita pengembaraannya. Semoga ini menjadi pelajaran berharga buatku dan sobat-sobatku di masa depan. Sampai jumpa lagi.

WUZZZ.... Zahra dan Blip pun kembali ke waktu dan tempat semula.

Biografi
1304 Lahir di Tanger, Maroko
1325 Mulai perjalanan pertama kalinya ke Mesir
1326 Berziarah ke Makam Suci Rasulullah Saw di Madinah
1327-1330 Tinggal di Tanah Suci, menunaikan ibadah haji 3 kali
1330 Melanjutkan perjalanan antara lain ke Yaman, Somalia dan beberapa kota di Afrika Utara
1332 Kembali ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji
1333 Melanjutkan perjalanan ke India
1342 Berlayar ke kepulauan Maladewa


Inginkah Sobat menjadi Pengembara Muslim, seperti yang dilakukan Ibnu Batutah? Ke negara mana Sobat hendak berkunjung. Tuliskan keinginan sobat di posting ini....

Tidak ada komentar: