Ibnu Haitham, Penemu TEROPONG BINTANG
Zahra dan Blip lagi jalan-jalan ke Bosscha, di Lembang Bandung. Sobat tau nggak Bosscha? Di sana ada teropong bintang, lho... Zahra sangat kagum melihat terpong bintang yang bisa melihat bintang-bintang, planet dan galaksi yang ada di angkasa. ”Blip... Hebat yach, ada alat yang bisa bantu kita ngeliat benda-benda angkasa. Kan jaraknya jauh.”
”Iya... dong. Zahra tau siapa penemu teropong bintang yang pertama?” tanya Blip.
Zahra mengernyitkan kening, ”Sapa sih... Ilmuwan barat ya..?”
”Salah...tuh. Zahra mau ketemu sama si penemu teropong bintang?”
”Mau... Mau... Ayo Blip, kita ketemu dengannya...“ rengek Zahra.
Kemudian Blip dengan program yang sudah diolah memunculkan lorong waktu, sehingga ia dan Zahra bisa memasuki ruang dan waktu ke jaman dulu untuk menemui ilmuwan pentemu Teropong Bintang.
“Syuuuuttt... BUG..!“ Zahra dan Blip pun muncul di pinggiran sebuah kota. “Blip, kita ada di mana?“ tanya Zhara penuh selidik. “Ini yang dinamakan kota Baghdad. Di sini kita akan bertemu seorang yang telah membuat teropong bintang pertama kali.“ jawab Blip.
Mereka pun memasuki kota dan menemui seseorang yang sudah terlihat tua. “Assalamualaikum... Tuan.“ Ucap Zahra pada orang itu.
“Waalaikum Salam... Nanda siapa, ya?“ Tanya lelaki tua itu terkaget-kaget melihat bocah kecil di depannya.
“Namaku Zahra, dan aku dari masa depan. Karena ada lorong waktu dari Blip, aku bisa sampai ke mari. Nah, temanku menceritakan bahwa Tuan adalah penemu teropong bintang. Apakah itu benar?“ lanjut Zahra pada orang tua itu.
“Wah... hebat. Jadi kamu bocah dari masa depan ya... Apa yang teman Zahra ceriatak memang benar“ Sahutnya.
“Oh iya... Nama Tuan siapa, lahir di mana, tuan belajar di mana bisa jadi penemu besar?“ Cecar Zahra penuh semangat.
“Ha... ha.. ha.. Satu-satu ya... dijawabnya,” ucap lelaki itu riang, ”Namaku Ibnu Haitham. Nama panjangku Abu All Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham. Sedangkan para ilmuwan Barat mengenalku dengan nama Alhazen. Aku dulu lahir di kota Basrah pada tahun 354 Hijriah atau 965 Masehi. Aku pertama kali belajr di Basrah, oleh guru-guruku yang mulia. Aku belajar al Qur’an, kemudian metematik dan pengetahuan alam.
Setelah itu aku merantau ke Ahwaz dan Baghdad untuk memperdalam ilmu-ilmu tersebut. Aku juga mulai meneliti alam semesta dan melakukan percobaan ilmiah, hasilnya aku tuliskan dan menjadi buku.
Karena Aku sangat mencintai ilmu dan ingin terus belajar, Aku pun pergi ke Mesir untuk meneliti aliran Sungai Nil serta menyalin buku-buku mengenai matematik dan ilmu falak. Aku juga menjadi pengajar di Universiti al-Azhar.”
“Wow... Hebat banget... Tuan Haitham, Zahra tau kalo matematika, tapi kalo Ilmu Falak itu apa ya?” tanya Zahra.
“Oh... Ilmu Falak adalah ilmu hitung yang didasarkan pada pergerakan bintang-bintang di alam semesta.”
“Cik... cik... cik... Ilmunya Zahra masih belum nyampe tuh.” Ungkapnya sambil menggeleng kepala, “Nah... kalo penemuan Teleskop itu bagaimana ceritanya.”
“Begini, Zahra. Awalnya aku ingin melihat bintang-bintang yang ada di langit. Aku harus menemukan suatu alat yang bisa membantu melihatnya. Maka aku mencoba membakar kaca hingga terbentuk kaca cembung yang bisa melihat sesuatu dari jarak jauh. Ya... jadilah teropong bintang itu." Cerita Ibnu Haitham.
“Waduh, dari hasil percobaan bisa mehasilkan alat yang sangat berguna untuk orang banyak ya.... Tuan Haitham, terimakasih nih... bisa cerita kepada Zahra. Inginnya terus mendengar cerita Tuan, tapi waktunya terbatas. Kapan-kapan Zahra berkunjung lagi.” ucap Zahra.
“Terimakasih juga bisa bertemu dengan Zahra. Aku hanya berpesan agar rajinlah belajar dan menuntut ilmu. Cintai dan pelajari al Qur’an dengan baik, karena darinya semua Ilmu pengetahuan dijelaskan.” pesan Ibnu Haitham.
”Oke Tuan, Zahra akan selalu mengingatnya. Selamat tinggal, Tuan Haitham. Assalamu’alaikum...” dan sekejap Zahra menghilang masuk ke dalam lorong waktu, sebelum sempat dijawab oleh Ibnu Haitham.
Setelah kembali lagi ke waktu sekarang...
”Bagaiman Zahra, pertemuanmu dengan Ibnu Haitham?” tanya Blip.
”Wah....! Seru... Banyak yang telah Zahra dapat, ternyata teropong bintang pertama kali diciptakan oleh ilmuwan Muslim, bukannya ilmuwan Barat.” pekik Zahra girang.
”Zahra, Ibnu Haitham adalah ilmuwan Muslim yang menguasai ilmu keislaman dan juga sains, ilmu falak, matematik, geometri, pengobatan, dan Filsafat. Tulisannya mengenai mata, telah menjadi dasar pengobatan mengenai mata saat ini.
Penelitian Beliau terhadap cahaya, telah memberikan ilham kepada ilmuwan barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menyempurnakan mikroskop serta teleskop (teropong bintang).
Yang lebih menakjubkan, Zahra, Ibnu Haitham telah menemukan prinsip tentang isi udara, sebelum ilmuwan yang bernama Trricella mengetahui perkara itu 500 tahun kemudian. Beliau juga telah menemukan tarikan gaya gravitasi sebelum Issaac Newton mengetahuinya.
Dan ini nih.... Tulisan Ibnu Haitham tentang jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur, telah memberikan ilham kepada ilmuwan barat untuk menghasilkan film yang kita tonton saat ini.” jelas Blip.
”Blip...! Kenapa baru cerita sekarang. Aku kan bisa tanya ke Ibnu Haitham tentang itu... Ih... Blip.....!” rengek Zahra.
Sobat, sekian dulu petualang Zahra dan Blip. Entar di lanjut lagi ke ilmuwan lain ya...
Cerio...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar